Kata kata Romantis - Jauh (kabari aku)

Kata kata Romantis - Jauh (kabari aku)

Kata kata Romantis - Jauh (kabari aku)



Gelap masih menutupi semesta. Langitpun masih enggan menampakkan sinarnya karena tertutup awan gelap sejak tadi malam. Biasanya, keadaan seperti ini selalu dipadu dengan sunyi dan dingin. Angin sepoi yang bertiup menerpa wajahku membuyarkan segala keluh kesah yang sesaat lalu sempat mengisi relung hati. Hawa dingin yang menusuk kulit memaksa untuk memberikan lapisan tambahan pada tubuh yang tak sempat menikmati panjangnya malam.


Mengapa harus ada pagi?  Dan mengapa segala sesuatu harus dimulai di pagi hari? Bukankah pagi adalah penyebab mata kita silau melihat keadaan ketika rasa kantuk lebih mendominasi daripada aliran darah? Pagi yang sangat tidak berpihak padaku untuk sekedar menarik nafas dan membuka mata dari lelap tidurku.


Aku mencintai malam. Aku mencintai kesunyian yang kadang menyakiti. Biar harus bersahabat dengan gelap, namun bagiku ada kedamaian yang kudapat dari malam begini. Tidak gaduh, tidak berisik, dan tidak meresahkan gendang telinga. Tak bisa kupungkiri bahwa hidupku memang harus rela terpangkas bagi kerja, bagi kelangsungan hidup yang lebih berarti. Kecintaanku pada malam adalah cerminan sisi kehidupan lain dari keseharian yang telah berlalu.
Baca : Harusnya Kita - Bukan aku bukan kamu

Bayu menghembuskan keadaan, menghamburkan udara dingin yang menembus tulang. Kurapatkan jaket, kupakai tutup kepalanya. Seperempat jam telah berlalu. Kutinggalkan setengah minuman hangat yang sedari tadi menemaniku menghalau lamunan yang tak kunjung pergi. Rasa malas ini harus segera lenyap. Aku harus beranjak.

gambar gambar romantis

Melaju di jalanan pinggir kota pagi ini seperti lulus ujian skripsi. Bebas tanpa beban. Terlihat wajah pengendara lain yang sumringah. Tak ada guratan-guratan kulit yang mengkerut di dahi. Tak ada peluh yang harus diusap. Tak ada minyak yang membuat paras kesederhanaan mereka menjadi berkilau bercampur dengan debu dan asap. Terbayang kerja yang dilakukan adalah demi sebuah tuntutan hidup yang harus dipenuhi.

Baca :


Kubiarkan saja semua kaca jendela terbuka. Bahkan pendinginpun tak kunyalakan, memberi kesempatan pada semilir angin menebar keseluruh arah. Aku tertegun duduk melamun dibalik kemudi. Salah satu kebiasaan buruk yang selalu kulakukan ketika aku pergi sendiri. Menikmati goncangan suspensi, membuat pikiran ini jauh melayang tak tentu arah. Aku membisu. Alunan musik semakin membangkitkan daya khayalku. Sesekali kulempar pandangan mata. Menyapu segala kemungkinan lewat sudut mata. Aku harus konsentrasi.



Pagi nan cerah. Deretan pepohonan yang kulewati seperti melambai-lambai tiada henti mengucap salam selamat pagi kepadaku. Daun-daun kering yang terbang terbawa anginpun turut menyapa dan menyeruak membuatku melirik. Kuhayati apapun yang terjadi. Sampai pada suatu tempat dimana aku harus mengurangi kecepatan kendaraanku. Genangan air akibat hujan semalam membuat jalan kecil di depan mata terlihat becek dan kotor. Kulihat dua orang yang berlawanan arah juga melakukan hal sama. Menungguku lewat, agar cipratan air dari roda kendaraanku tak mengenai pakaian mereka.

Baca : Cinta Dalam hati saja


Hey!! Bukan dua orang. Mereka sepasang!! Ya, aku bisa mengenali mereka setelah berlalu. Senyum manis seorang diantaranya kukenali dia sebagai sosok perempuan. Penutup kepala yang dipakainya tak bisa mengecoh sorot tajam mataku.  Tapi apa yang mereka lakukan se-pagi ini? Dan siapa seseorang lain disampingnya? Kucoba mengulang beberapa detik adegan lalu. Seperti memutar kembali pita kaset dan mendengarkan secara detail not-not melody gitar yang ingin kumainkan. Sekilas aku hanya melihat seseorang itu memikul tas besar di punggungnya. Seperti porter yang membawa tas bagasi penumpang di stasiun kereta. Tapi apa isinya? Kulirik kaca spion. Ohh.. mereka membawa sepatu. Sepatu?! Buat apa sepatu sebanyak itu?….PerempuankuCinta adalah satu-satunya bunga yang tumbuh tanpa bantuan musimKedatangannya berubah sesuai emosiMengubah dunia menjadi surga dan kehidupan ini menjadi mimpi yang indah …..PerempuankuTengoklah ke belakangAda dua pasang kaki disana, berjalan seiring dan seiramaBila kelak kau melihatnya hanya sepasang, itu bukan berarti aku meninggalkanmuAku menggendongmu melewati masa masa sulit yang tengah kau lewati …..PerempuankuPenolakan ini membuat batinku tertekanGemetar seperti cahaya lilin dihadapan anginAku seperti pohon yang kehilangan rantingMenderita, tapi aku tak mati


Surat elektronik yang kutulis semalam teruntuk seseorang akhirnya terkirim. Bunyi notifikasi dari handphone baru saja terdengar. Banyak peristiwa terjadi selama setahun ini. Cinta yang datang dan pergi, mau tak mau menguras banyak energy. Mungkin karena selama ini niatku tak terpuaskan. Aku cuma bisa berkhayal dari setumpuk skenario yang kutulis. Hingga disaat aku memandang kenyataan, aku serasa sebagai seorang yang terpenjara.


Harusnya aku tak memilih. Karena aku sudah dipilih. Tetapi kenapa aku tetap memilih? Kesepian dari deru lalu lalang perempuan memikat di sekelilingku sangat menyilaukan indera. Bau parfum menyengat, tubuh yang memikat, sampai sosok perempuan cakap tapi tak berperasaan ikut meramaikan suasana hati yang kian terhimpit. Kata-kata tak lagi menjadi cerminan dari sikap yang terpuji. Kedewasaan tak lagi diukur dengan perlakuan yang berbudi pekerti. Dunia ini seperti hancur sebelum kiamat. Dimana perempuan tak lagi menjadi seorang perempuan, dan laki-laki terpuruk dalam rengkuhan ibunya.

Baca : Kata Romantis Paling Ampuh PDKT nembak Cewek


Mentari kemudian menari bersama awan. Sinarnya yang megah sedikit membuat terang alam sekitarnya. Mendungpun berlalu. Terik panasnya yang cerah boleh membuat senyum para ibu. Jemuran yang berderet bisa cepat kering. Sementara kasur-kasur yang lepek boleh sedikit melar atau bayi-bayi mungil itu dapat mendapat kehangatan dari sinar sang surya.


Segera kututup semua kaca jendela sebelum kegerahan dan pengab meluapkan emosi. Kunyalakan pendingin agar tubuh ini tetap segar dan mempunyai oksigen yang cukup untuk bernafas. Sedikit antrian mobil di perempatan cipanas arah puncak, menantang otakku untuk lebih bijaksana. Sabarlah, toh masih bisa jalan.., kataku. Ditempat ini memang ada beberapa pengemis dan pengamen jalanan yang memanfaatkan situasi. Membuat keadaan semakin padat dan bising. Sepasang manusia menghampiri mobilku. Bernyanyi, yang entah apa lagunya. Suara sumbang mereka tak urung membuat hatiku bergejolak. Sebentar kukibaskan tangan sebagai tanda tak berminat agar mereka segera bergegas pergi.


Hey.., apa kabar mereka?? Ya, si tukang sepatu bersama perempuan bertopi. Sekonyong-konyong ingatanku kembali pada kejadian berlalu. Kuncir ekor kuda dan keceriaan mereka di jalanan becek tadi membuatku penasaran. Siapakah gerangan? Apa yang mereka lakukan sepagi itu? Naluri untuk mencari tahu sosok pasangan remaja tadi pagi sungguh merangsang otakku. Daya khayalku kembali terbentang seperti samudera yang tak berujung. Skenarionya, mungkin lelaki itu adalah penjual sepatu dan perempuan disampingnya adalah kekasihnya. Seorang pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar pinggir jalan. Menjual sepatu bermerek lokal dengan bandrolan harga yang murah meriah. Hasil karya dan jerih payah bapaknya atau sanak family disekelilingnya. Tapi mungkinkan dia seorang pengrajin? Sirat raut mukanya tak mengisyaratkan ciri-ciri sebagai pekarya. Sepasang mereka masih terlihat sangat muda. Masih serata-rata boysband dengan paras ‘cukup’. Walau dia bukan karibku, tapi aku melihat sifat kemudaan yang mereka miliki.


Kata kata Romantis - Jauh (kabari aku)



Tapi ahh… Apa rasanya bergandengan tangan mesra? Apa enaknya berjalan beriring, berhimpitan satu dengan yang lain lalu bermanja manja ditempat umum? Tidakkah kejengahan terbersit dalam benak mereka kala banyak pasang mata bergantian lalu lalang menatapnya dengan wajah penuh tanya? Suara tawa renyah mereka sesekali menyeruak dari kemesraannya. Tak akan dipedulikan dunia lain di depan mata. Tak dihiraukan manusia atau makhluk jenis lain yang melintas. Tak akan diambil pusing ada nyawa lain yang resah melihat mereka berdua-duan.


Aahh..


Aku sirik…


Aku cemburu…


Sepasang anak manusia ini seolah tak mengenal etika. Mereka begitu acuh akan keadaan sekelilingnya. Hanya kebersamaan yang mereka ungkapkan untuk melampiaskan gejolak hati yang kian menggebu. Tapi apakah salah? Apakah salah jika cinta dalam benak mereka setulus gengam erat jari tangan yang kini saling merengkuh? Apakah terlarang jika rindu merangsak menyusup kalbu? Mereka sangat sederhana. Cara berkasih sayang mengisyaratkan cara berpikir yang lurus. Menikmati kesejukan pagi dan hembusan angin menyapa, adalah bukti bahwa mereka mampu menghalau pahit getirnya kenyataan hidup.


Kerinduan…


saat aku berlari ke ujung senja


menangkap mentari yang meringsut hilang


mendakinya dengan harapan


tapi harus kembali dengan kecewa


karena aku tak menjumpaimu


Kerinduan…


seperti bayang-bayang ditembok yang kusam


bergerak meliuk seperti cahaya lilin yang menari


samakin membesar ketika kudekati


semakin mengecil kala kujauhi


semuanya serasa gamang


bukan jarak yang memulai


tapi bayanganmu yang tak bisa kugenggam


Kerinduan…


seperti pelangi menghiasi langit setelah hujan


sebentar saja


kemudian hilang sesaat surya bersinar


Anganku kembali membumbung tinggi. Ada dimensi lain dalam diri merasuk tajam ke jantungku. Ada perih terasa bagai onak menancap daging. Mengorek kembali luka-luka lama yang tak sepenuhnya sembuh. Menyebar nila, dan menghitamkan putihnya sanubari. Aku tak memiliki seperti apa yang mereka miliki. Aku tak melakukan seperti apa yang mereka lakukan. Kesederhanaan selalu ada dalam diriku. Tapi apakah ada bentuk lain yang kurang? Adakah perbedaan antara makna sederhana yang kutau?


Sejujurnya aku tak pernah meminta banyak hal dari percintaan yang kukenal. Hanya ingin selalu bersama, mengarungi seluruh hidup yang kekal abadi. Aku hanya ingin mengenggammu saja. Merasakan nikmat kehangatan yang kau beri. Membelaimu saat jiwaku dan jiwamu terbawa emosi. Mereda amarah, dan mencium keningmu untuk meleramu.


Lekuk lembah dan bukit menyatu dalam deretan komposisi yang panjang di depanku. Mewujudkan sebuah bentuk nirmana yang apik seperti lukisan alam nan indah. Pohon-pohon disekitarku melambai tiada henti. Tertegun aku menatap segala rupa yang ada didepan mata. Karunia Tuhan yang tak terkira ini selalu membangkitkan hasrat yang terdalam. Aku betah berlama lama disini. Duduk termenung atau memperhatikan tingkah banyak orang.


Kesendirian ini sekali lagi menuntutku untuk dewasa. Bentangan cermin kehidupan adalah tempat terbaik bagiku untuk menilai apa yang telah kualami sepanjang perjalanan hidup. Menyadari kekurangan, menumbuhkan kepercayaan. Kesabaran adalah hal utama yang harus kuukir dalam kisi hati. Melapisinya dengan tinta emas agar kilaunya selalu menyadarkanku disetiap cinta yang datang menemuiku.


Jika rentetan waktu kemarin kadang menyiksa jiwa dan merundung duka, aku ingin detik yang terus berganti mampu menepis masalah yang ada. Menepikan kesedihan dan menggantikannya dengan kebahagiaan.


Aku ingin cintaku seperti sepasang muda mudi penjual sepatu. Keceriaan yang mereka miliki harus menjadi symbol kebahagiaan yang sesungguhnya. Kesederhanaan perilaku yang mereka agungkan, adalah contoh yang kekal yang harus kukedepankan. Bagiku, satu nafas yang keluar dari hidungku, satu cinta juga yang akan kupersembahkan bagi perempuanku. Satu kata yang keluar dari mulutku, satu kasih pula yang akan kuhaturkan pada kekasihku. Saat ini aku memang tak tahu kabarnya…


Apakah cinta itu dekat…??


Mendekat…??


Jauh…??


Menjauh… ??


Kuakhiri semua lamunanku. Perkakas yang telah kubawa sedari tadi kupersiapkan untuk kerja di hari pertama awal tahun ini. Satu kesamaan yang sekilas terpikir olehku dan pemuda penjual sepatu adalah memikul tas dipunggung. Ransel besar ini kuletakkan seimbang dipundakku. Mungkin itulah yang seharusnya dilakukan lelaki. Beban seberat apapun harusnya dipikul dan diletakkan dibahu untuk diperjuangkan.


Mungkin cintaku tak sesederhana mereka. Tapi apapun yang terjadi, jika cinta itu datang, apa yang harus kulakukan? Aku hanya ingin tau sejauh mana keberadaan cintaku. Bila dekat, kuingin tulus murni kasihnya menghampiriku. Bila jauh, berikan aku kepastian seberapa jarak yang harus kutempuh.


Cinta…


Meski jauh kemana kau sembunyi, kabari aku…


Semoga anda menikmati Kata kata Romantis - Jauh (kabari aku)
   



0 Response to "Kata kata Romantis - Jauh (kabari aku)"

wdcfawqafwef